MaSA BaYi
Namaku Putri Nilam Suri Djausal, tetapi orang-orang biasa memanggilku Nilam. Nilam itu adalah batu permata yang terpendam di dasar laut dan hanya dapat dilihat di permukaan laut waktu matahari terbit saja. Kata ibuku cahaya batu Nilam itu sangat menyilaukan, maka ibuku memberi nama itu.
Aku lahir pada tanggal 1 Maret 1993 pukul 8 Senin pagi di Rumah Sakit Santa Maria, Kotabumi. Aku lahir dari pasangan Faishol Djausal dan Yurtati. Aku mempunyai 3 kakak yang jarak usianya sangat jauh denganku. Aku adalah orang suku Lampung asli. Ayahku Lampung Krui, sedangkan ibuku Lampung Sungkai. Kakak tertuaku bernama Rahmat Mirzani Djausal yang aku panggil Qyay Mirza, usianya 13 tahun lebih tua dariku, kakak keduaku Dewi Mayang Suri Djausal yang kupanggil Ses Mayang, beda 12 tahun denganku. Dan yang terakhir, Arie Nanda Djausal yaitu Ahoya Arie, usianya denganku berbeda hampir 10 tahun. Panggilan-panggilan itu berasal dari panggilan sesuai dengan adat Lampung. Maklum saja, Lampungku ini masih sangat kental.
Ibuku pernah bilang padaku, ketika baru lahir, kakak ketigaku, Arie, merasa sangat minder. Ia merasa bahwa ia bukan anak bungsu ibuku lagi. Tetapi ibuku bilang padanya bahwa ia masih tetap anak bungsu laki-laki ibuku.
Kakak-kakakku sangat menyayangiku, apalagi kakakku yang perempuan, Mayang, ia hampir tiap hari bermain dan menggendongku yang masih bayi. Ia juga senang mendandaniku meskipun saat itu aku masih bayi (dulu saja begitu, apalagi sekarang ?).
Ulang tahunku yang pertama dan kedua dirayakan di rumahku dengan mengundang tetangga-tetangga terdekat dan saudara-saudaraku yang ada di Kotabumi saja. Aku begitu bahagia ketika merayakan ulang tahunku, makanya aku sampai lompat-lompat di atas meja. Tidak peduli meski pun tamu-tamu tertawa melihat tingkah lakuku.
Itulah aku. Sejak balita dulu aku memang sudah kelihatan sikap ceria dan centilnya. Bahkan sampai pengasuhku sejak lahir saja, Mak Rodiah, sampai sering marah dan melarangku melakukan ini itu. Mengetahui hal itu, ya tentu saja ibuku marah-marah. Sampai-sampai ia memecat Mak Rodiah
Sejak lahir sampai usia 3 tahun aku tinggal di Kotabumi. Di sana banyak sekali saudara-saudaraku karena aku memang asli dari Lampung. Waktu kecil dulu, aku sering ikut ibuku ke pasar dan kalau lagi berbelanja, ibuku pasti menitipkanku di tukang ikan langganannya. Oleh karena itu, kalau pulang dari sana pasti badanku bau amis.
Menginjak usia 4 tahun, orang tuaku memutuskan untuk pindah ke Tanjung Karang, karena ayahku ingin mengembangkan usahanya di sana. Ayahku adalah seorang kontraktor jalan dan bangunan, karena Tanjung Karang lah pusat kota, oleh sebab itu kami pindah ke sana.
MASA BALITA dan TK
Ketika baru pindah, aku pikir kami menempati rumah tetap yang menjadi milik kami, ternyata aku menempati rumah kontrakan, dan di dekat kontrakan itu lah terletak rumah yg sampai sekarang aku tinggali ini. Ketika itu aku masih merasa asing berada di lingkungan itu, karena belum terbiasa dan tempatnya sepi. Bayangkan saja, di sekeliling rumahku itu hanya ada 3 rumah lainnya, dan di depan rumahku adalah kuburan besar. Makanya, aku suka bermain di kuburan itu setiap sore. Oh ya, anak seusiaku yang pertama kali kukenal ketika baru pindah adalah Kingking, tetanggaku. Sampai sekarang aku masih berteman baik dengannya, bahkan sekelas, loh.
Kakakku yang ketiga, Arie, sangat senang dengan berbagai macam hewan, sampai-sampai di rumah kami sudah seperti kebun binatang saja, apalagi binatangnya aneh-aneh dan tidak biasa. Ada ayam, itik, kodok, iguana, berbagai jenis ikan, kelinci, burung beo, bangau, sampai elang. Aku tidak masalah dengan binatang-binatang itu, kecuali dengan cicak. Aku benci sekali dengan cicak karena membuatku geli.
Ketika usia 5 tahun, rumah baruku sudah selesai dibangun dan aku langsung pindah rumah tepat pukul 4 subuh. Ketika pertama kali ingin memasuki rumah, keluarga besarku membaca do`a terlebih dahulu. Aku sangat kaget melihat rumah baruku ini, besar sekali! Tetapi rumahku yang di Kotabumi tetap lebih luas.
Selain rumah baru, perabotan baru, lingkungan baru, dan kehidupan baru tentunya, beberapa orang baru juga ada.
Melihat lingkungan sekitar rumah baruku ini sepertinya mengasyikkan, karena banyak anak yang seusia denganku, dan ternyata teman-teman TKku, TK Al-Amin, sebagian besarnya adalah tetangga-tetanggaku. Pertama kali masuk TK, aku berkenalan dengan 2 orang anak perempuan bernama Savira Lyanie Syaqia dan Riandini Kania Friandi. Setelah itu, aku berkenalan dengan yang lain pula, ada Opan, Lando, Deza, Dezi, dan KingKing juga. Dengan Savira aku masih sangat berteman baik, KingKing dan Opan sampai sekarang sekelas denganku selama SMA, Dini juga satu sekolah denganku, Deza dan Dezi ada di sekolah lain, tetapi tetap berhubungan, namun kalau Lando aku tidak tahu kabarnya sekarang, karena waktu TK itu orang tuanya cerai dan ia ikut ibunya pindah ke Belanda, sedangkan rumah yang ia tempati itu sekarang dibangun kembali menjadi rumah kakak tertuaku. Dengan anak yang lainnya aku tidak begitu akrab, karena aku juga jarang sekolah. Dalam 1 bulan aku hanya sekolah beberapa hari saja. Hehehe..
Selain bermain dengan tetangga, aku juga hampir setiap hari bermain bersama saudara-saudaraku yang ada di Bandar Lampung. Dan karena umur saudaraku banyak yang berdekatan denganku, kami sangat kompak dan cocok. Kalau bermain dengan saudara-saudaraku kami paling sering main menjadi Power Ranger. Jumlahnya pas ada 5 orang. Aku, Caca, Rima, Eki, dan Anca. Kadang kami sering menginap bersama. Kalau menginap biasanya di rumahku atau rumah Rima dan Eki. Acara kami malam hari adalah menyanyi dan menonton kakak-kakak kami yang sedang asyik main Play Station. Keesokan paginya kami berenang di Hotel Sheraton. Karena umur kami masih di bawah 7 tahun, maka kami hanya main di kolam kodoknya yang untuk usia 5 tahun saja. Di dekat kolam renang itu ada arena permainan yang ada ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan mainan lainnya.
Masa SD
Tak terasa setahun telah berlalu, kini tiba saatnya aku untuk menduduki bangku sekolah dasar. Aku masuk ke SD N 2 Rawa Laut atau biasa dikenal dengan SD Teladan. Aku tidak begitu kaku ketika baru masuk SD, karena teman-teman SDku juga merupakan teman-teman lamaku sewaktu di TK. Dari kelas 1 sampai 3 aku masuk ke kelas 3A.
Ketika aku masih kelas 1 SD, aku sudah mengikuti les bahasa Inggris di English First (EF). Selain itu karena aku sudah bisa bahasa Inggris, kakakku mengajarkanku cara menggunakan komputer, dan aku sangat tertarik dengan ini, apalagi internet. Kelas 2 SD, aku sudah dapat menggunakan internet sendiri dan chatting dengan orang-orang luar. Tapi sayang, tidak ada yang percaya kalau aku hanya anak perempuan berusia 7 tahun.
Di kelas 2 dan seterusnya aku dekat dan sering bermain dengan beberapa anak, Arin, Fitri, Tasya, Titi, Dina, dan lain-lain. Arin, Fitri, dan Tasya sering main ke rumahku. Dan kadang aku yang main ke rumah mereka. Kalau sudah bermain bersama, kami biasanya main bekel, congklak, atau monopoli.
Ketika aku kelas 3 SD, kakak pertamaku, Mirza, hendak pindah ke Jakarta untuk meneruskan kuliahnya di Universitas Trisakti, Jakarta sehingga orang tuaku pun membeli rumah lagi di Jakarta. Sedangkan kakak perempuanku Mayang tidak jadi sekolah di Bandung karena terlalu jauh dari jangkauan orang tuaku, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di UNILA saja.
Kenaikan kelas 4 -6 SD, aku masuk ke dalam kelas unggulan yang hanya dipilih 40 orang saja. Isi teman sekelasnya pun sudah banyak yang memang aku kenal. Aku tidak mengerti apa-apa ketika baru naik kelas 4. Nilai matematikaku adalah yang paling rendah di kelas. Oleh sebab itu aku ikut les private tambahan dengan wali kelasku, Bu Sri Naliza. Bu Sri Naliza mengajarku dengan sabar dan aku juga belajar dengan tekun, sehingga aku menjadi pintar di pelajaran matematika.
Karena keseringan main internet, aku jadi suka juga main game online, apalagi Ragnarok Online yang merupakan game online pertama yang ada di Indonesia. Cara memainkannya cukup susah kalau baru pertama kali main, tetapi lama-lama terbiasa juga. Dari game online itu selain mendapatkan hiburan, kita juga bisa mendapatkan banyak teman. Kebetulan Qyay Mirza juga main game itu, dan aku dikenalkan dengan teman-temannya, sehingga aku tidak hanya mendapat teman yang seumuran saja tetapi juga kakak-kakak angkat.
Selain main game, aku juga senang main biola dan keyboard. Aku sudah memainkan keyboard sejak kelas 2 SD, tetapi belum les karena malas..hehe.. Selain main biola dan keyboard, aku juga senang membuat desain. Tidak hanya desain dalam sketsa dan gambar saja, tetapi juga desain grafis sudah aku pelajari. Sejak saat itu aku ingin sekali menjadi desainer. Yang mengajarkanku menggambar desain adalah saudaraku. Ia sangat pintar menggambar, tetapi sayang, ia tidak tertarik dengan dunia desain.
Ketika menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN), aku mengikuti kursus intensif di mana-mana agar mendapatkan nilai yang bagus. Dan iya, hasil UANku mendapat nilai yang cukup memuaskan.
Sehabis UAN, Qyay Mirza melaksanakan acara pernikahannya dengan Wulan yang aku panggil Batin Wulan. Pernikahan Qyay Mirza sangat mewah dan meriah. Tidak hanya ada acara pernikahannya saja, tetapi juga acara adatnya sangat meriah.
Acara adat itu dinamakan Begawi Adat Lampung, biasa dilaksanakan masyarakat Lampung untuk mendapatkan gelar yang tinggi dalam adat Lampung. Tetapi biaya yang dikeluarkan sangat lah besar, mencapai ratusan juta. Oleh karena itu biasanya masyarakat Lampung melaksanakan begawi ketika sudah tua agar bisa gabung.
Tetapi tidak dengan kakakku ini, sehabis menikah ia langsung melaksanakan begawi adat. Kami sekeluarga besar pun mendapat gelar masing-masing. Qyay Mirza dan Batin Wulan mendapat gelar tertinggi dalam adat Lampung, yaitu Suntan Tihang Marga dan Suntan Sejati Raja. Bahkan mereka berdua merupakan orang termuda dalam 100 tahun belakangan yang mendapatkan gelar itu, lho. Gelarku sendiri adalah Raja Indoman, yang artinya pemimpin pelindung negeri Lampung.
Untuk mendapatkan kedua gelar Suntan itu, tidak hanya mengeluarkan biaya yang banyak saja, tetapi juga tenaga, energy, waktu, dan pikiran. Bayangkan saja, dalam 7 hari 7 malam tidak ada orang yang tidur! Paling-paling hanya sekitar 2-4 jam saja tidurnya. Saking hebohnya acara begawi itu, stasiun TV dari berbagai wilayah sampai merekamnya. Ada yang menjadikan video clip lagu, iklan di TV, bahkan sampai acara di TV.
Selesai acara adat itu, aku mengikuti tes seleksi masuk SMP. Aku memilih SMP N 2 Bandar Lampung, karena itu merupakan SMP favorit dan yang terbaik yang ada di Bandar Lampung.
Aku mengikuti tes tidak di SMP 2 nya karena tidak cukup lagi, oleh karena itu ruang tesku ada di SMA 1. Tes seleksinya cukup ketat. Tetapi aku mengerjakannya dengan santai saja. Eh, tidak tahunya aku benar-benar diterima di sekolah itu. Betapa beruntungnya aku..
MASa SMP
Hari pertama masuk SMP 2 atau lebih dikenal dengan nama Spanda terasa begitu menegangkan, karena SMP jauh berbeda dengan SD. Jika di SD kita masih dapat bermain-main dan tidak mematuhi peraturan sekolah, di sini kita tidak bisa melakukannya. Jika kita main-main dengan peraturan sekolah, maka hukuman terberatnya pun kita dapat dikeluarkan dari sekolah. Di SMP ini pula aku mulai berusaha untuk berhenti main game online dan fokus belajar.
Hari pertama ini adalah pembagian kelompok Masa Orientasi Siswa (MOS). Aku kebagian di kelompok 5, yaitu kelompok Ungu. Di kelompok ini tidak banyak anak yang aku kenal, makanya aku kenalan dengan beberapa anak perempuan. Yang pertama mengajakku kenalan adalah Kalisa. Anaknya manis dan badannya mungil, tetapi ia sangat lincah sekali. Kemudian ada Rara, Wenny, dan Nadya.
MOS berlangsung selama 3 hari, tetapi kami sekelas selama kurang lebih 2 minggu. Kami sering disamperi oleh kakak-kakak kelas 2 dan 3. Ada yang mengajak kenalan, ada juga yang iseng dan jahil. Kalau jalan bersama, kami paling sering pergi ke bioskop untuk nonton.
2 minggu telah berlalu. Tibalah saatnya untuk pembagian kelas. Aku masuk ke kelas bilingual, yaitu kelas yang menggunakan 2 bahasa dalam proses pembelajarannya. Di sana juga aku menemukan aura yang berbeda. Tetapi sebagian besar anaknya aku kenal. Ada yang temanku dari TK, ada yang dari SD, ada juga yang memang sudah kenal. Dari masing-masing anak aku melihat kepribadian mereka semua yang berbeda. Ada yang terlihat sangat intelek, ada yang santai, ada yang lincah dan ceria. Kami semua terbentuk dalam suatu kumpulan anak autis yang mulanya diberi nama Juling dan kemudian bernama LABIL.
Dalam pemilihan pengurus kelas, aku ditunjuk sebagai sekretaris kelas. Karena baru pertama kali masuk, mungkin aku masih kaku dan masih malu untuk mengajak kenalan. Apalagi ketika disuruh belanja kelas bersama Veronika dan Nurul, suasananya tegang sekali. Aku kan belum kenal mereka berdua, masa tiba-tiba disuruh berbelanja bareng.
Tetapi lama kelamaan rasa tegang itu hilang. Masing-masing dari kami membaur dan ternyata kami semua sangat cocok dan kompak. Tetapi beberapa hari setelah terbentuknya kelas bilingual itu, Nesya, teman sebangkuku dan temanku sejak SD memutuskan untuk ke kelas regular saja. Awalnya kami semua sangat sedih, tapi lama kelamaan terbiasa juga.
Tidak terasa sudah setengah semester aku ada di SMP 2. Hari-hari yang kulewati sangat indah, apalagi dengan bergaul dengan kelas lain juga dapat menambah teman baru untukku. Kemudian ada kabar yang mengatakan bahwa akan ada murid pindahan dari Australia. Wah, kami sekelas langsung gempar. Yang ada dipikiranku dan Savira adalah anak laki-laki bule.
Tetapi ternyata yang aku dan Savira bayangkan salah. Anak baru itu adalah anak perempuan Indonesia biasa, tidak ada unsur bulenya sama sekali. Tetapi anak itu cantik dan manis, senyumnya manis sekali dan ia mempunyai lesung pipit. Namanya adalah Nuria. Ketika ia baru masuk kelas aku mencoba mencari perhatian dengan meminta biodatanya untuk data kelas. Wah, aku kagum sekali. Bahasa Indonesianya juga masih beraksen dan berlogat Inggris. Makanya aku jadi tambah senang mengobrol dengannya.
Ketika akhir Februari 2006, aku, Nuria, dan Eki mengikuti lomba Quick and Smart yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi UNILA. Kami bertiga dipandu oleh Pak Bambang, Kak Arief, Kak Riri, dan Kak Canggih yang juga mengikuti lombanya. Ternyata di antara peserta lainnya, hanya kami anak kelas satu yang mengikuti lomba ini. Tidak disangka pula kami masuk final dan melawan Team Kak Arief, Kak Canggih, dan Kak Riri. Tentu saja kami langsung pesimis. Dan memang kami kalah, tetapi tidak apa-apa. Juara 2 sudah bagus untuk pemula, apalagi kami masih kelas 1.
Awal Maret 2006, tepatnya tanggal 1 adalah ulang tahunku. Aku tidak mau merayakannya karena aku juga bingung mau dirayakan seperti apa. Salah satu teman game kakakku menyuruhku untuk online di game sekarang juga. Aku bingung ada apa. Tetapi karena penasaran, cepat-cepat aku online. Dan aku begitu terkejut melihat ternyata teman-teman kakakku yang berjumlah kurang lebih 350 orang memberi hadiah kepadaku berupa kastil di game itu. Dan untuk mendapatkan kastil itu butuh perjuangan karena itu merupakan rebutan. 400 orang itu pula satu persatu memberi selamat kepadaku. Aku sangat terharu sampai ingin nangis. Meskipun hanya dirayakan di game, tetapi itu merupakan ulang tahunku yang tidak akan terlupakan.
Sehabis ulangan kenaikan kelas 2, kini giliran Ses Mayang yang menikah dengan Qyay Dodi, anak dari bupati Tulang Bawang. Acaranya mirip dengan Qyay Mirza, ada begawi adatnya juga. Hanya saja tidak seheboh dan semeriah acara Qyay Mirza.
Di kelas 2 SMP, aku mulai bandel dan kelas 2 SMP juga adalah masa-masa di mana aku menjadi anak nakal. Aku lebih sering bermain dengan kakak kelas dan anak sekolah lain ketimbang dengan teman sebaya. Aku sering bolos les untuk pacaran, bolos sekolah, pokoknya selalu main, main, dan main. Tetapi walau pun begitu, aku tentu masih mengingat batasan-batasannya. Aku tidak terjerumus ke dalam hal-hal negative. Karena aku sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Sekitar bulan September, PMR SMP 2 mengadakan acara Gencar Semarak Lomba (GSL) yang diadakan 2 tahun sekali. Acara begitu meriah, sampai-sampai untuk menyiapkannya aku dan teman-teman PMRku menginap di sekolah. Yang diadakan tidak hanya lomba PMR saja, tetapi juga ada lomba band dan modern dancenya juga.
Acara ini berlangsung sukses, tetapi tidak bagiku. Aku justru mendapat banyak masalah setelah acara ini selesai. Teman-temanku dilabrak oleh kakak-kakak kelas yang perempuan, walau pun aku tidak tetapi aku ikut prihatin juga. Makanya kaka-kakak itu menjadi orang yang sangat aku benci, bahkan sampai aku lawan dan aku masuk ke Bimbingan Konseling (BK).
Masalah yang aku timbulkan bukan hanya itu saja, tetapi juga dengan teman sekelasku. Padahal kita semua kompak. Tapi tidak. Aku, Savira, dan Titi dimusuhi anak perempuan sekelas gara-gara selama GSL kita lebih sering main dengan kakak-kakak kelas dan teman-teman dari kelas lain. Ya apa salahnya kalau kami main dengan orang lain? Mengapa mereka egois sendiri dan tidak mengizinkan kami bergaul dengan orang lain? Akhirnya timbul lagi perkelahian dan aku terlibat lagi untuk masuk ke Bimbingan Konseling (BK).
Bukan hanya dua masalah itu saja yang muncul, tetapi juga masalahku dan teman-temanku dengan adik kelas. Adik kelas kami sangat lah mencolok dan tidak enak dilihat. Mereka mengganggu kami, mereka membicarakanku di belakang. Dan tentu saja aku mendamprat mereka semua. Dan kembali lah aku DIJEBLOSKAN ke dalam BK. Lagi-lagi aku yang kena. Padahal kelas lain juga ikutan mendamprat anak-anak itu. Tapi mungkin karena sikapku yang paling bengis, makanya guru-guru sentiment sama aku.
Setelah semua masalah itu selesai, aku berniat untuk tobat, berubah dan tidak menjadi bandel lagi. Aku tidak mau menyusahkan orang lain yang ada di sekelilingku lagi. Makanya aku memulainya dengan mengikuti pemilihan Ketua OSIS SMP 2 masa bhakti 2006-2007. Dan beruntung lah aku, aku masuk menjadi pengurus sebagai Sekretaris II OSIS.
Sejak saat itu aku menjadi sangat rajin. Ketika bel pulang sekolah aku langsung pulang ke rumah, mengikuti les, melanjutkan kursus biolaku, pokoknya berubah sekali dengan ketika semester 1.
Tahun 2007, salah satu anak LABIL, Hasna, pindah ke Yogyakarta. Kami semua sangat sedih karena bagian dari kami hilang. Ketika perpisahan Hasna, kami menangis sejadi-jadinya.
Ketika naik kelas 3, salah satu anak LABIL, Fythra, mengajakku untuk main game online. Mulanya aku tidak tertarik, tetapi begitu mencoba aku langsung ketagihan, sama seperti sewaktu aku main Ragnarok Online. Tapi kali ini gamenya berbeda, bukan tentang perang atau perkelahian, tetapi tentang dance. Nama gamenya adalah Audition AyoDance. Sejak saat itu aku kembali sering main game sampai sekarang.
Di bulan puasa, LABIL mengadakan acara buka puasa bersama di rumahku. Acaranya kecil-kecilan tetapi tetap heboh dan meriah tentunya. Kami main sampai malam, dan malam harinya kami main kembang api. Seru sekali.
Hari-hari selama kelas 3 SMP tidak terasa sama sekali. Tiba-tiba saja sudah mempersiapkan Ujian Nasional (UN). Ketika akan menghadapi Latihan UN (LUN), aku sama sekali tidak siap. Karena waktu itu aku baru saja putus dengan pacarku. Aku tidak mau makan, nilai-nilaiku menjadi jeblok semua. Cukup lama waktu yang kubutuhkan untuk bangkit lagi, sekitar 2 bulanan. Tetapi setelah aku dapat melupakan dia, dia malah mencoba balik denganku lagi, sama seperti pacarku yang dulu”. Tetapi aku tidak mau. Aku sudah punya komitmen mau serius belajar dulu.
Ketika ulang tahunku yang ke-15, aku merencanakan untuk menginap bersama seluruh anak LABIL yang perempuan di Bukit Randu. Jadilah acara itu. Sorenya kami ke Fnet dulu untuk main game, malamnya baru ke Bukit Randu. Kami makan malam dan setelah itu ke cottage yang kami pesan. Kami tidak tidur, melainkan bermain-main sampai larut malam (bahkan bisa dibilang sampai subuh). Kami tertawa bersama, menyanyi bersama, berfoto bersama, dan menggila bersama. Kami hanya tidur sekitar 2 jam dan kemudian bangun lagi untuk lari pagi. Ketika kembali ke Bukit Randu, kami menanjak sangat capek. Tetapi rasa capek itu cepat hilang karena kami hadapi bersama-sama.
Dan tiba lah saat UN. Aku bisa menghadapinya dengan baik, walau pun nilainya pas-pasan. Tidak hanya UN saja, tetapi aku juga menghadapi ujian internasional khusus kelas bilingual. Aku melewatinya dengan mendapat nilai yang cukup baik.
Beberapa minggu setelah UN, pergi lah 2 orang lagi ke luar kota. Nurul dan Guntur. 2 jenius dari LABIL. Mereka berdua melanjutkan sekolah di Taruna Nusantara (TN), yaitu sekolah anak-anak pintar dan disiplin. Selain mereka berdua, Ipunk juga pindah ke Yogyakarta. Yah.. LABIL kehilangan 3 orang lagi yang pindah ke luar kota. Tetapi kami tetapi saling berhubungan walau pun kami jauh satu sama lain.